Saya sempat merasakan minyak goreng seharga Rp 40 ribu rupiah untuk pouch 2 literan. Saat itu saya dan Nugi baru kembali ke Jogja setelah trip 3 kota (Palembang, Bengkulu, Bandung) di musim libur nataru. Harga minyak goreng tersebut cukup mahal memang untuk ukuran kantong ibu rumah tangga. Beruntung, saya punya voucher belanja hasil menang lomba IG story sebuah produk deterjen. Jadi tinggal menukarnya saja.
Saat itu meski minyak goreng harganya meroket, namun produk masih tersedia di sejumlah minimarket atau swalayan. Namun ketika saya mencoba membeli beberapa minggu lalu, stoknya raib. Padahal harganya sudah "dinormalkan" pemerintah, yakni maksimal Rp 28 ribu untuk pouch 2 liter.
Untunglah saya punya aplikasi belanja di ponsel milik jaringan minimarket punya si merah dan si kuning. Aplikasi tersebut membantu saya mengecek ketersediaan stok minyak goreng, sehingga tidak perlu repot ngecek ke tokonya langsung setiap hari setiap saat. Bahkan kalau stok tersedia, bisa check out langsung dari aplikasinya.
Kalau saya iseng mau nimbun mah gampang sekali. Meski pembeliannya dibatasi per orang, saya tinggal ajak Nugi dan anak tetangga buat beli.
Tapi terus saya mikir buat apa?
Bukannya panick buying malah akan bikin keadaan makin kacau?
Dan saya memilih memaksa diri saya untuk tenang. Untuk belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada. Saya beli minyak secukupnya, 2 pouch untuk sebulan, itu pun yang satu pouch saya antar ke rumah mertua.
Saya lalu mengurangi menu-menu gorengan. Ayam goreng yang biasa jadi menu andalah karena praktis, belakangan mulai berganti jadi opor, tongseng, rica rica, atau rendang.
Ya, butuh effort lebih memang untuk mempelajari resep-resepnya. Tapi untunglah, semuanya terbayarkan. Nugi tidak pernah komplain dengan menu apapun yang saya sajikan. Piringnya juga selalu licin tak bersisa.
Saya lega, ternyata saya baik-baik saja. Rumah tangga kami baik-baik saja meski minyak goreng langka. Meski kami harus pintar-pintar mencukupkan diri dengan stok minyak yang ada.
Semoga yang baca ini juga baik-baik saja ya...
Bonus :
Kucing pacaran di Pantai Panjang
Aku yg memang ga sering masak pakai minyak yg deep fried, sebenernya ga terlalu mengkhawatirkan stok yg raib ini. Di swalayan tempatku belanak juga masih ada tapiiiii jelas dibatasi 😅. Yg lucunya sempet belanja online, dan disitu ada pilihan minyak 5 liter, dan 1 liter. Aku pilih 5 liter sekalian. Tapi pas checkout ditolak, dengan alasan mematuhi aturan pemerintah yg hanya bisa beli maksimal 2 liter. Laaaaah, kalo gitu ngapain yg 5 liter dipajang 🤣🤣🤣. Akhirnya cuma bisa beli seliter. Mau beli 2 pouch ditolak juga, messagenya, hanya bisa beli 1 pouch, atau 2 liter. Piyeeee ini aturannya 😅. Yg jadi patokan pouch atau liter 😁.
BalasHapusYo wislah, aku makin semangat cari resep tumis atau non oil sekarang .